Pemecahan Masalah Pendidikan dan Hubungan Pendidik Serta Pengajar pada Tingkat Sekolah dan Tingkat Perguruan Tinggi

Jumat, 30 November 2012
 A.model cara pemecahan masalah

    Model Pemecahan Masalah Pendidikan dari Dr. Henry Lehman(1989).
    Pemecahan masalah dengan pendekatan sistem sebagai berikut:
1)      Suatu cara yang sistematik dan sistemik untuk memecahkan masalah,
2)      proses yang teratur untuk mengembangkan cara pemecahan,
3)      proses yang disusun untuk meminimalisisr pendapat terdahulu yang bersifat prasangka dan mengoptimalkan keobyektifan. Pada masa lalu pendekatan langkah demi langkah pada pendekatan sistem disebut “metode ilmiah”

Pada tahun 1967 dimulai proyek ARISTOTLES (Annual Review and Information Symposium on the Technology of Training, Learning and Education) yang membahas tentang ide, perkembangan dan teknik baru yang dapat memberikan sumbangan peningkatan kualitas dan efisiensi dalam bidang pendidikan dan training. Pendidikan sistem yang dikembangkan dalam bidang pendidikan terdiri dari delapan langkah sebagai berikut :

1. Merumuskan Kebutuhan Nyata
Dialamatkan kepada semua masalah yang harus dipecahkan, bukan hanya masalah-masalah pendidikan saja. Pendidikan hanyalah salah satu cara penyelesaian terhadap seluruh permasalahan.

2. Merumuskan Tujuan
Dalam pendekatan sistem menentukan tujuan sangat penting, karena semua langkah berikutnya dirancang untuk mencapai tujuan. Jika tujuan tidak dirumuskan secara tepat, pendekatan sistem tidak akan pernah dapat menyelesaikan masalah secara tepat. Tujuan dirumuskan dengan kata yang operasional agar dapat dimengerti untuk diimplementasikan dalam mencapai tujuan.

3. Mengidentifikasi Kendala
Semua kendala harus dikaji agar dapat dipisahkan antara yang benar-benar kendala dengan kendala yang hanya berdasar asumsi atau perkiraan saja. Kadang kita merasa ragu-ragu untuk menggunakan cara baru dalam memecahkan suatu masalah, padahal para ahli sudah berkesimpulan bahwa pasti ada cara baru yang lebih baik, lebih efektif dan efisien.

4. Merumuskan Alternatif-alternatif
Yaitu menerapkan cara-cara baru dengan cara membuat membuat daftar cara-cara pemecahan masalah yang potensial. Metode yang dipakai adalah metode brainstorming yang memberi kebebasan intelektual untuk menyatakan pendapat. Brainstorming bermaksud untuk menginventarisasi cara-cara pemecahan masalah bukan untuk mengevaluasi cara pemecahan masalah yang diusulkan. Untuk itu ciptakan kebebasan intelektual, jangan mengkritik atau mengevaluasi usul-usul yang disampaikan.

5. Memilih Alternatif
Dalam langkah ini kita memilih calon pemecahan masalah yang paling potensial. Langkah inipun harus dilakukan secara ilmiah. Banyak pilihan pendekatan dalam memecahkan masalah. Untuk memilih satu alternatif dari sekian banyak alternatif yang ada dapat diketengahkan pedoman sebagai berikut :
a.       Menentukan kriteria yang akan digunakan untuk memilih sistem yang paling memberi harapan
b.      Menyusun metode kuantitatif untuk menilai tiap-tiap alternatif atas dasar kriteria pemilihan tersebut
c.       Mengevaluasi nilai relatif dari kriteria pemilihan
d.      Menggunakan metode analitik untuk memilih alternatif yang paling baik
e.       Mereview hasil analisis atas dasar keputusan yang sungguh-sungguh masak
f.        Membuat pemilihan alternatif yang terakhir untuk dites.

Disamping itu perlu pula dipertimbangkan hal-hal berikut :

a.       Pertimbangan semua kriteria pemilihan
b.      Yakinkan diri sendiri bahwa sistem pemberian skor benar-benar meyakinkan
c.       Gunakan keseimbangan yang rasional menganalisis dan mengambil keputusan
d.      Jangan menjatuhkan hukuman terhadap cara pemecahan masalah yang radikal hanya karena menimbulkan masalah
e.       Yakinkan diri sendiri bahwa alat-alat yang digunakan untuk memilih alternatif benar-benar efekti.

6. Mengimplementasi Pilihan
Setelah alternatif cara pemecahan masalah dipilih kemudian mengimplementasikannya. Langkah pertama adalah mengadakan uji coba dalam skala kecil, dilanjutkan skala besar sebelum diimplementasikan secara nasional. Prosedur untuk mengadakan implementasi adalah sebagai berikut :
a.       Menggambarkan/melukiskan elemen-elemen kegiatan, mengatur atau merencanakan kegiatan serta mengidentifikasi sumber-sumber kebutuhan
b.      Merencanakan suatu program untuk mengevaluasi alternatif yang telah dipilih seperti tes formatif, untuk meminimalisir resiko
c.       Membentuk kelompok eksperimen agar supaya dapat dikontrol
d.      Membentuk instrumen pengumpul data yang digunakan untuk evaluasi
e.       Mengimplementasikan program dengan penuh keyakinan

Disamping kelima hal di atas, hal di bawah ini perlu diperhatikan :
a.       Meyakinkan diri bahwa anda tengah mengimplementasikan sistem yang cukup baik untuk menambah motivasi
b.      Bersedia untuk meneruskan eksperimen jangka panjang agar diperoleh hasil yang valid
c.       Menghindari penggantian rencana asli tanpa alasan yang kuat
d.      Bersedia menjawab tantangan dari orang lain yang menginginkan eksperimen dihentikan hanya karena langkah awal yang tersendat
e.       Meyakinkan diri bahwa anda dapat mengumpulkan data yang diperlukan untuk menguji hasilnya.
f.        Persiapan meneruskan jika ujicoba dalam skala besar atau nasional berhasil
g.       Mengadakan perbaikan jika dari umpan balik dari evaluasi menghendaki demikian
h.       Memberanikan diri untuk mengujicobakan sesuatu yang baru.

7. Mengadakan Evaluasi
Hasil dari kegiatan implementasi harus dievaluasi. Kriteria yang dapat mengukur secara pasti sebagai parameter keberhasilan harus disusun, sehingga hasil yang diperoleh benar-benar obyektif. Kegiatan evaluasi terbagi dua yaitu evaluasi proses dan evaluasi progres. Evaluasi proses mengevaluasi kegiatan-kegiatan pelaksanaan seperti pengiriman naskah-naskah, pembelian barang, dan sebagainya. Sedangkan evaluasi progres atau kemajuan mengevaluasi kegiatan dalam rangka mencapai tujuan.

8. Mengadakan Modifikasi
Suatu hal yang sangat mungkin terjadi dari hasil evaluasi adalah diperoleh hasil yang menunjukkan bahwa tujuan tidak dapat dicapai dengan sempurna. Jika ini terjadi, semua langkah perlu dikaji ulang, perubahan-perubahan harus dibuat, diujicoba dan dievaluasi lagi. Proses yang berulang-ulang ini harus dikerjakan sampai tujuan yang diinginkan itu tercapai.


KONSEP PENDIDIKAN

1. Pendidikan ialah proses perubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1991).
2. Dalam pengertian sempit pendidikan berarti perbuatan atau proses perbuatan untuk memperoleh pengetahuan (McLeod, 1989).
3. Pendidikan ialah segala pengalaman belajar yang berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup serta pendidikan dapat diartikan sebagai pengajaran yang diselenggarakan di sekolah sebagai lembaga pendidikan formal (Mudyahardjo, 2001:6).

Pengertian pendidikan 

Para ahli pendidikan menemui kesultan dalam merumuskan definisi pendidikan. Kesulitan itu antara lain disebabkan oleh banyaknya jenis kegiatan serta aspek kepribadian yang dibina dalam kegiatan itu, masing-masing kegiatan tersebut disebut pendidikan
1. menurut Rupert C. Lodge dalam philosophiy of education menyatakan bahwa dalam pegertian yang luas pendidikan itu menyangkut seluruh pengalaman.
2. joe park merumuskan pendidikan sebagai the art or process of importing or acquiring knowledge and habit through instructional as strudy. Dalam definisi ini ditekankan kegiatan pendidikan diletakkan pada pengajaran ( instruction ) sedangkan segi kepribadian yang dibina adalah aspek kognitif dan kebiasaan.
3. Theodore mayor greene mengajukan definisi yang sangat umum pendidikan adalah usaha manusia untuk menyiapkan dirinya untuk suatu kehidupan yang bermakna. Dalam definisi ini aspek pendidikan luas sekali
4. alfed nort whitehead menyusun definisi pandidikan yang menekankan segi keterampilan menggunakan pengetahuan sehingga cakupan pendidika sempit.
Konperensi international tentang pendidikan islam yang pertama ( 1977) tenyata tidak juga berhasil menyusun suatu definisi pendidikan yang dapat mereka sepakati ( al-athas, 1979 : 157 ). Kesulitan yang mereka hadapi pada dasarnya sama dengan kesulitan yang dihadapi para ahli yang disebutkan tadi : banyaknya segi kepribadian yang dibina. Jadi, sanagt tidak mengkin mmbuat definisi pendidikan yang sangat singkat tetapi mencakupdaerah binaan yang luas itu.
Seandainya definisi pendidikan yang ,encakup itu diperlikan agaknya rumusan ini dapat ditawarka. Pendidika adalah meningkatkan diri dalam sega;la aspeknya. Definisi ini mencakup kgioatan penidika yang melibatakan guru aupun yag tidak melibatkan guru (pendidk). Mencakup pendidikan formal mau[un non formal sta informal. Segi yang dibina oleh pendidikan dalam definisi ini adalah selurh aspek kepribadian.

Pengertian Pengajaran

Para ahli berpendapat bahwa pendidikan tidk sana dengan pengajaran. Ada yang berpendpat bahwa pendidika lebih luas dari pada pengarajaran ada juga yang menagtkan pendidikan adalah uasaha pengembangan aspek rohani manusia, sedangkan pengajaran aspek jasmani dan akal saja. Bagaimana duduk persoalannya?
Sikun pribadi, guru besar IKIp BAndung, pernah menjelaskan msalah ini dalam tulisannya. Mneurut pendapatnya, mendiidk dalam arti pedagogis tidak dapt disamakan denganpengertian mengajar. Pengajaran meurut pendapatnya adalah suatu kegiatan yang menyangkut pembinaan anak, mengenai segi kognitif dan psikomotor semata-mata, yait supaya anak lebih banyak pengetahuaany, lebih cakap berpikir kritis, sistematis da obyektif serta trampil dalam mengerjakan sesuatu. Tujuan pengajaran lebih mudah dari pada tujuan pendidikan.
Uraian ini agak membingungkan. pada satu pihak , ia mengatakan bahwa mendidik tidak sama dengan mengajar. Tetapi pada pihak lain mendidik itu bertujuan mengembangkan seluruh aspek kepribadian. K.H Dewantoro berpendapat bahwa pengajaran itu adalah sebagian dari pendidikan. Ia menyatakan sebagai berikut” pengajaran (onderwijs) itu tidak lain dan tidak bukan ialah salah satu bagian dari pendidikan. Jelasnya, pengajaran tidak lain ialah pendidikan dengan cara memberikan ilmu atau pengetahuan serta kecakapan”.
Tidak terdapat perbedaan yang mendasar antara pendapat Sikun Pribadi dan pendapat Dewantoro. Menurut mereka mendidik ialah melaksanakan berbagai usaha untuk menolong anak didik dalam menuju kedewasaannya. Salah satu di antara sekian banyak usaha yang dapat dilakukan ialah dengan mengajar. Usaha lain umpamanya memberikan contoh yang baik, memberikan hadiah, memberikan hukuman dan sebagainya.
Sekalipun pengertian pendidikan dan pengajaran yang diberikan oleh Sikun Pribadi dan Dewantoro tersebut hanya berlaku bagi pendidikan yang melibatkan guru (si pendidik), namun pengertian itu dapat dipakai, sekurang-kurangnya untuk menentukan pengertian pendidikan dalam arti sempit.

Hubungan Pendidikan dan Pengajaran

Dalam arti sempit pendidikan adalah pengajaran yang diselenggarakan umumnya di sekolah sebagai lembaga pendidikan dan dapat diketahui bahwa pengajaran hanyalah salah satu usaha yang hanya dilakukan melalui pendidikan dalam mendidik anak didiknya.
Pendidik dalam rangka pengajaran dituntut untuk melakukan kegiatan yang bersifat edukatif dan ilmiah. Oleh karena itu, peran pendidik tidak hanya sebagai pengajar, tetapi sekaligus sebagai pembimbing yaitu sebagi wali yang memabantu anak didik mengatasi kesulitan dalam studynya dan pemecahan bagi permasalahan lainnya. Bila usaha-usaha selain pengajaran amat kurang dilakukan disekolah, kiranya dapat diduga hasil pendidikan tidak akan sempurna. Artinya, pendidikan tidak akan berhasil dalam mengembangkan anak didik secara utuh dan maksimal.

Hubungan pengajaran dan pendidikan pada saat SD, SMP, SMA itu sama. karena dalam proses pembelajaran mereka masih membutuhkan pengajar dan pendidik untuk membimbing mereka saat mengatasi kesulitan dalam proses pembelajaran, dan mereka perlu didikan atau bimbingan dalam usaha menuju kedewasaanya. sedangkan di perguruan tinggi, mereka telah mengalami masa kedewasaan sehingga mereka tidak lagi membutuhkan pendidik, mereka hanya membutuhkan pengajar untuk membuat mereka lebih luas berfikirnya, serta lebih kreatif.

Mengapa Pendidikan Sepanjang Hayat Diperlukan??

Selasa, 27 November 2012


Mengapa pendidikan sepanjang hayat diperlukan?

karna PHS akan meningkatkan persamaan distribusi pelayanan pendidikan, memiliki implikasi ekonomi yang menyenangkan, esensial dalam menghadapi struktur sosial yang berubah terdapat alasan-alasan kejuruan untuk menetapkannya akan menghantarkan peningkatan kualitas hidup. Gagasan dasarnya bahwa pendidikan harus dikonsepkan secara formal sebagai proses yang terus menerus dalam kehidupan individu, mulai dari anak-anak sampai dewasa.
Didalam tulisan Cropley dengan memperhatikan masukan dari sebagian pemerhati pendidikan mengemukakan beberapa alasan, antara lain: Keadilan, ekonomi (biaya pendidikan). Perubahan perencanaan, perkembangan teknologi, factor vokasional, kebutuhan orang dewasa, dan kebutuhan anak-anak masa awal, (Cropley: 32-44).
1. Alasan Keadilan
Terselenggaranya PSH secara meluas di kalangan masyarakat dapat menciptakan iklim lingkungan yang memungkinkan terwujudnya keadilan sosial.Hinsen menunjukan konteks yang lebih luas yaitu dengan terselenggaranya PSH yang lebih baik akan membuka peluang bagi perkembangan nasional untuk mencapai tingkat persamaan internasional (Cropley: 33). Dalam hubungan ini Bowle mengemukakan statemen bahwa pada prinsipnya dapat mengeliminasi peranan sekolah sebagai alat untuk melestarikan ketidakadilan sosial (Cropley: 33).
2. Alasan Ekonomi
Tidak dapat dipungkiri, alasan ekonomi merupakan alasan yang sangat vital dalam penyelenggaraan pendidikan. Apalagi di Negara sedang berkembang biaya untuk perluasan pendidikan dan meningkatkan kualitas pendidikan hampir-hampir tidak tertanggulangi. Di satu sisi tantangan untuk mengejar keterlambatan pembangunan dirasakan, sedangkan di sisi lain keterbatasan biaya dirasakan menjadi penghambat. tidak terkecuali di Negara yang sudah maju teknologinya, yaitu dengan munculnya kebutuhan untuk memacu kualitas pendidikan dan jenis-jenis pendidikan, dan mereka merasa berat beban biaya penyelenggaraan pendidikan tersebut. Dalam hubungannya dengan masalah tersebut PSH yang secara radikal mendasarkan diri pada konsep baru dalam pemrosesan pendidikan memiliki implikasi pembiayaan pendidikan yang lebih luas dan lebih longgar (Cropley: 35).
3. Alasan Faktor Sosial
Faktor yang berhubungan dengan perubahan peranan keluarga, remaja, dan emansipasi wanita dalam kaitannya dengan perkembangan iptek. Perkembangan iptek yang demikian pesat yang telah melanda negara maju dan negara-negara yang sedang berkembang memberi dampak yang besar terhadap terjadinya karena adanya perubahan-perubahan kehidupan sosial ekonomi dan nilai budaya. Seperti berubahnya corak pekerjaan, status dan peran adolesen versus kelompok dewasa, hubungan sosial pekerja dengan atasannya, khususnya bertambahnya usia harapan hidup dan menurunnya jumlah kematian bayi, dan yang tak kalah pentingnya ialah berubahnya sistem dalam peranan lembaga pendidikan.
Fungsi pendidikan yang seharusnya diperankan oleh keluarga, dan juga fungsi lainnya, seperti fungsi ekonomi, rekreasi dan lain-lain, lebih banyak diambil alih oleh lembaga-lembaga, organisasi-organisasi di luar lingkungan keluarga, khususnya oleh sekolah. Jika dahulu masa anak dan remaja diartikan sebagai masa belajar dalam dunia persekolahan, sedangkan dunia orang dewasa adalah dunia kerja, kini garis batas yang memisahkan kedua kelompok usia tersebut sedang menjadi kabur.
4. Alasan Perkembangan Iptek
Uraian sebelumnya telah menjelaskan betapa luasnya pengaruh perkembangan iptek dalam semua sektor pembangunan. Meskipun diakui bahwa pengaruh tersebut di dalam dunia pendidikan belum sejauh yang terjadi pada dunia pertanian, industri, transportasi, dan komunikasi. Namun invensinya didalam dunia pendidikan telah menggejala dalam banyak hal.
5. Alasan Sifat Pekerjaan
Kenyataan menunjukkan bahwa perkembangan iptek disatu sisi dalam skala besar menyita pekerjaan tangan diganti dengan mesin, tetapi tidak dapat dipungkiri disisi yang lain juga memberi andil kepada munculnya pekerjaan-pekerjaan baru yang menyerap banyak tenaga kerja dan munculnya cara-cara baru dalam memproses pekerjaan. Akibatnya pekerjaan menuntut persyaratan kerja yang selalu saja berubah.
Oleh : Siti Salmah
kelas : 1c
Tugas 2

Dimensi Hakikat Manusia Dan Contohnya

Selasa, 13 November 2012
Dimensi-dimensi Hakikat Manusia itu ada 4 :

1. Dimensi Keindividuan
Setiap anak manusia yang dilahirkan telah dikaruniai potensi untuk menjadi berbeda dari yang lain atau menjadi dirinya sindiri. Inilah sifat individualitas.
Karena adanya individualitas itu setiap orang mempunyai kehendak, perasaan, cita-cita, kecenderungan, semangat dan daya tahan yang berbeda-beda. Setiap manusia memiliki kepribadian unik yang tidak dimiliki oleh orang lain.
Contoh::

a. Dalam Keluargaan: Setiap anak walaupun memiliki ikatan saudara kandung, tetap memiliki sifat yang berbeda satu sama lain.
b. Dalam Masyarakat: Setiap individu dalam masyarakat memiliki kepentingan masing-masing, terlahir menjadi diri masing-masing sehingga memiliki potensi masing-masing juga.
c. Dalam Negara: memiliki pekerjaan yang berbeda karna memiliki kemampuan yang berbeda.

2. Dimensi Kesosialan
Setiap bayi yang lahir dikaruniai potensi sosialitas demikian dikatakan Mj Langeveld (1955 : 54) dalam buku (Pengantar Pendidikan, Prof. Dr. Tirtaraharja dan Drs. S.L La Ulo 2005 : 18). Pernyataan tersebut dapat diartikan bahwa setiap anak dikaruniai benih kemungkinan untuk bergaul. Artinya setiap orang dapat saling berkomunikasi yang pada hakikatnya di dalamnya ada unsur saling memberi dan menerima.
Adanya dimensi kesosialan pada diri manusia tampak jelas pada dorongan untuk bergaul. Dengan adanya dorongan untuk bergaul setiap orang ingin bertemu dengan sesamanya.
Manusia hanya menjadi menusia jika berada diantara manusia. Tidak ada seorangpun yang dapat hidup seorang diri lengkap dengan sifat hakekat kemanusiaannya di tempat yang terasing. Sebab seseorang hanya dapat mengembangkan sifat individualitasnya di dalam pergaulan sosial seseorang dapat mengembangkan kegemarannya, sikapnya, cita-citanya di dalam interaksi dengan sesamanya.
Contoh::
a. Dalam kekeluargaan: dalam keluarga setiap anak pasti membutuhkan keluarganya, karna keluarga adalah ruang lingkup pertama dalam ia belajar bersosial.
b. Dalam Masyarakat: tetangga sangat berperan penting dalam hidup.
c. Dalam Negara: Presiden perlu bersosial kepada masyarakat agar negara yang dipimpinnya berjalan dengan lancar.

3. Dimensi Kesusilaan
Kesusilaan adalah kepantasan dan kebaikan yang lebih tinggi. Manusia itu dikatakan sebagai makhluk susila. Drijarkoro mengartikan manusia susila sebagai manusia yang memiliki nilai-nilai, menghayati, dan melaksanakan nilai-nilai tersebut dalam perbuatan. (Drijarkoro 1978 : 36 – 39) dalam buku (Pengantar Pendidikan Prof. Dr. Tirtaraharja dan Drs. S.L La Ulo 2005 : 21)
Agar manusia dapat melakukan apa yang semestinya harus dilakukan, maka dia harus mengetahui, menyadari dan memahami nilai-nilai. Kemudian diikuti dengan kemauan atau kesanggupan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut.
a. Dalam Kekeluargaan: seorang anak wajib patuh terhadap orang tuanya guna menjunjung tinggi nilai perbuatan yang baik.
b. Dalam Kemasyarakatan: sesama mahluk harus saling menghormati dan menyayangi mengikuti nilai kerukunan terhadap tetangga.
c. Dalam Negara: Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang mengerti nilai-nilai kesusilaan oleh sebab itu setiap pemimpin harus memiliki nilai perbuatan yang baik.

4. Dimensi Keberagamaan
Pada hakikatnya manusia adalah makhluq religius. Mereka percaya bahwa di luar alam yang dapat dijangkau oleh indranya ada kekuatan yang menguasai alam semesta ini. Maka dengan adanya agama yang diturunkan oleh tuhan manusia menganut agama tersebut.
Beragama merupakan kebutuhan manusia karena manusia adalah makhluq yang lemah sehingga memerlukan tempat bertopang. Manusia memerlukan agama demi keselamatan hidupnya. Manusia dapat menghayati agama melalui proses pendidikan agama. Disinilah tugas orang tua dan semua pendidik untuk melaksanakan pendidikan agama kepada anaknya atau anak didiknya.
a. Dalam Kekeluargaan: seorang anak memerlukan didikan keagamaan dari orang tuanya guna keselamatan dalam hidupnya.
b. Dalam kemasyarakatan: Masyarakat dalam bertetangga tetap mengontrol tetangga lain yang berbuat diluar batas sehingga nilai keagamaan tetap terjaga.
c. Dalam Negara: pemimpin yang baik perlu mengerti agama yang baik pula. karna pemimpin mengontrol manusia-manusia lain untuk tetap berada pada ruang lingkup keagamaan yang baik.