Unzhur maa qola wa laa
tunzhur man qola (Maqalah Ali bin Abi Tholib)
artinya jangan lihat siapa yang
menyampaikan, lihat apa yang disampaikan. Ungkapan tersebut patut diperhatikan
dan jangan sampai anda salah mengartikannya. Sebab ada 2 sisi yang amat sangat
berbeda dari arti ungkapan tersebut. Arti pertama, mengambil ilmu dari siapa saja tanpa
memperdulikan agamanya; tanpa memperdulikan apakah yang diambil ilmunya itu
lurus agamanya atau menyimpang. Jika kita mengambil ilmu dari siapa saja kita
akan mudah terjerumus dalam kesalahan dan penyimpangan. Sedangkan arti kedua, menerima
kebenaran dari siapapun yang mengatakannya jika apa yang ia katakan memanglah
benar. Siapapun yang mengatakan kebenaran patutlah kita benarkan, jangan karena
gengsi kita berat untuk membenarkan perkataan orang yang derajatnya dibawah
kita. Setinggi apapun derajat seseorang apabila ia mengatakan kebathilan maka
tetaplah kebathilan.
Tidak sedikit dari kita
yang mengambil ilmu dengan menelan mentah-mentah ilmu tersebut. Hal itu yang
menyebabkan seseorang terjerumus dalam ilmunya sendiri, orang yang seperti itu
adalah mereka yang beranggapan bahwa ungkapan diatas tidaklah patut untuk
diikuti sebab itu bukanlah Firman Allah, bukan Sabda Rasulullah, juga bukan Kaidah
Ushul Fiqh sehingga tidak perlu dipusingkan. Padahal ada nasehat baik didalamnya
jika kita mengambil arti pada konteks menerima kebenaran dari siapapun meskipun pada asalnya ia
sesat, atau kita benci secara personal.
Janganlah kita
mempersimpit sesuatu yang luas, dan jangan pula mempersulit sesuatu yang mudah
hanya karena salah mengambil kesimpulan. Bahkan Rasulullah pernah membenarkan apa yang diucapkan oleh syetan
ketika mengajarkan abu hurairah bacaan ayat kursi ketika hendak tidur (Dalam shahih Bukhori)
Jika kita selalu saja
melihat siapa yang menyampaikan tanpa melihat apa yang ia sampaikan, kita akan
jauh dari kenyamanan dalam hidup. Dalam hidup bermasyarakat semua orang berhak
bebicara dan mendengar, selama perkataan seseorang itu benar tidak ada salahnya
kita menerimanya. Kita juga diajarkan untuk tidak mengambil perkataan ulama
jika perkataannya itu menyelisihi kebenaran. Karena tidak semua perkataan ulama
itu benar, sebab ulama juga manusia biasa yang kapan saja bisa salah bicara.
Contoh yang nyata saya
ambil dari pengalaman saya sendiri, 6 bulan yang lalu ada matakuliah Pengajaran
Pembelajaran Matematika dijurusan saya. Dari setiap kelas hampir setengahnya
tidak mengambil mata kuliah itu disebabkan dosen yang mengajar tidak mereka
sukai. Dan sekarang mereka sangat menyesal, sebab matakuliah yang tidak mereka
ambil itu adalah mata kuliah yang harus mereka tempuh sebelum mereka Pratek
Lapangan. Bisa anda bayangkan betapa buruknya dosen itu dimata mereka sehingga
mereka tidak mau mengambil matakuliah itu, mereka enggan menerima pembelajaran
dari orang yang mereka tidak sukai. Tidak seharusnya mereka seperti itu bukan?
Siapapun yang memberi, jika itu baik mari buka hati untuk menerimanya.
Semoga bermanfaat :)
0 komentar:
Posting Komentar
Ditunggu komentarnya ya sobat... :D