Buka Hati!

Jumat, 13 Februari 2015
Unzhur maa qola wa laa tunzhur man qola (Maqalah Ali bin Abi Tholib)
artinya jangan lihat siapa yang menyampaikan, lihat apa yang disampaikan. Ungkapan tersebut patut diperhatikan dan jangan sampai anda salah mengartikannya. Sebab ada 2 sisi yang amat sangat berbeda dari arti ungkapan tersebut. Arti pertama, mengambil ilmu dari siapa saja tanpa memperdulikan agamanya; tanpa memperdulikan apakah yang diambil ilmunya itu lurus agamanya atau menyimpang. Jika kita mengambil ilmu dari siapa saja kita akan mudah terjerumus dalam kesalahan dan penyimpangan. Sedangkan arti kedua, menerima kebenaran dari siapapun yang mengatakannya jika apa yang ia katakan memanglah benar. Siapapun yang mengatakan kebenaran patutlah kita benarkan, jangan karena gengsi kita berat untuk membenarkan perkataan orang yang derajatnya dibawah kita. Setinggi apapun derajat seseorang apabila ia mengatakan kebathilan maka tetaplah kebathilan.

Tidak sedikit dari kita yang mengambil ilmu dengan menelan mentah-mentah ilmu tersebut. Hal itu yang menyebabkan seseorang terjerumus dalam ilmunya sendiri, orang yang seperti itu adalah mereka yang beranggapan bahwa ungkapan diatas tidaklah patut untuk diikuti sebab itu bukanlah Firman Allah, bukan Sabda Rasulullah, juga bukan Kaidah Ushul Fiqh sehingga tidak perlu dipusingkan. Padahal ada nasehat baik didalamnya jika kita mengambil arti pada konteks menerima kebenaran dari siapapun meskipun pada asalnya ia sesat, atau kita benci secara personal.

Janganlah kita mempersimpit sesuatu yang luas, dan jangan pula mempersulit sesuatu yang mudah hanya karena salah mengambil kesimpulan. Bahkan Rasulullah pernah membenarkan apa yang diucapkan oleh syetan ketika mengajarkan abu hurairah bacaan ayat kursi ketika hendak tidur (Dalam shahih Bukhori)

Jika kita selalu saja melihat siapa yang menyampaikan tanpa melihat apa yang ia sampaikan, kita akan jauh dari kenyamanan dalam hidup. Dalam hidup bermasyarakat semua orang berhak bebicara dan mendengar, selama perkataan seseorang itu benar tidak ada salahnya kita menerimanya. Kita juga diajarkan untuk tidak mengambil perkataan ulama jika perkataannya itu menyelisihi kebenaran. Karena tidak semua perkataan ulama itu benar, sebab ulama juga manusia biasa yang kapan saja bisa salah bicara.

Contoh yang nyata saya ambil dari pengalaman saya sendiri, 6 bulan yang lalu ada matakuliah Pengajaran Pembelajaran Matematika dijurusan saya. Dari setiap kelas hampir setengahnya tidak mengambil mata kuliah itu disebabkan dosen yang mengajar tidak mereka sukai. Dan sekarang mereka sangat menyesal, sebab matakuliah yang tidak mereka ambil itu adalah mata kuliah yang harus mereka tempuh sebelum mereka Pratek Lapangan. Bisa anda bayangkan betapa buruknya dosen itu dimata mereka sehingga mereka tidak mau mengambil matakuliah itu, mereka enggan menerima pembelajaran dari orang yang mereka tidak sukai. Tidak seharusnya mereka seperti itu bukan? Siapapun yang memberi, jika itu baik mari buka hati untuk menerimanya.
Semoga bermanfaat :)

0 komentar:

Posting Komentar

Ditunggu komentarnya ya sobat... :D