Valentine Day?

Selasa, 10 Februari 2015

Valentine's Day
Adalah hari yang khalayak perlu mengetahui dan mengingatnya. Tanpa pandang bulu, ras, suku, agama bahkan Negara. Mengapa kita perlu mengetahui dan mengingat hari tersebut? Apakah kita perlu merayakannya?

Maksud saya disini adalah agar kita lebih waspada, lebih menguatkan diri dan lebih meyakinkan diri serta mengingatkan sanak keluarga, teman, dan kaum muslim dan muslimat lainnya  akan ancaman dihari valentine itu. Bukan mengajak anda untuk merayakan valentine Day.

Tidak banyak dari kita yang mengetahui makna valentine Day yang sebenarnya. Mereka selalu saja beranggapan bahwa hari valentine adalah satu-satunya momen paling tepat untuk menunjukkan rasa kasihsayangnya. Dan itu merupakan salah satu persepsi yang amat sangat salah, bukankah kita bisa menunjukkan kasihsayang kita dihari apa aja, bahkan setiap hari. Kita sudah terlalu jauh mengikuti budaya barat, kita sudah keras dan sulit untuk mengubah padangan tersebut.

Dihari kasih sayang itu mereka banyak merayakannya dengan mengadakan pesta, bersenang-senang dengan merka yang disayanginya dan bertukar kado, bahkan bukan kado aja yang ditukar, kesucianpun ditukar dengan “iming-iming” kesetiaan cinta. Banyak para ulama, kiayi ataupun uztad yang sudah berkali-kali menyampaikan perihal dilarangnya merayakan hari valentine bagi kita umat islam. Tapi tetap saja diantara kita masih banyak yang merayakannya, hal itu jelas terjadi karena fikiran dan hati kita sudah dicuci oleh kebiasaan-kebiasaan kaum barat.
Apakah anda tidak bertanya-tanya mengapa harus ditanggal itu?

Pada tanggal 14 Februari 270 M, St. Valentine dibunuh karena pertentangannya (pertelingkahan) dengan penguasa Romawi pada waktu itu yaitu Raja Claudius II (268 - 270 M). Untuk mengagungkan dia (St. Valentine), yang dianggap sebagai simbol ketabahan, keberanian dan kepasrahan dalam menghadapi cobaan hidup, maka para pengikutnya memperingati kematian St. Valentine sebagai 'upacara keagamaan'.

Tetapi sejak abad 16 M, 'upacara keagamaan' tersebut mulai beransur-ansur hilang dan berubah menjadi 'perayaan bukan keagamaan'. Hari Valentine kemudian dihubungkan dengan pesta jamuan kasih sayang bangsa Romawi kuno yang disebut “Supercalis” yang jatuh pada tanggal 15 Februari.
Setelah orang-orang Romawi itu masuk agama Nasrani (Kristian), pesta 'supercalis'  kemudian dikaitkan dengan upacara kematian St. Valentine. Penerimaan upacara kematian St. Valentine sebagai 'hari kasih sayang' juga dikaitkan dengan kepercayaan orang Eropa bahwa waktu 'kasih sayang' itu mulai bersemi 'bagai burung jantan dan betina' pada tanggal 14 Februari.

Dalam bahasa Perancis Normandia, pada abad pertengahan terdapat kata “Galentine” yang bererti 'galant atau cinta'. Persamaan bunyi antara galentine dan valentine menyebabkan orang berfikir bahwa sebaiknya para pemuda dalam mencari pasangan hidupnya pada tanggal 14 Februari. Dengan berkembangnya zaman, seorang 'martyr' bernama St. Valentino mungkin akan terus bergeser jauh dari pengertian yang sebenarnya. Manusia pada zaman sekarang tidak lagi mengetahui dengan jelas asal usul hari Valentine.

Dari asal-usul hari valentine diatas, hendaknya kita bisa mengambil kesimpulan bahwa hari valentine bukanlah hari yang patut kita rayakan. Menunjukkan kasih sayang tidak perlu bertukar kado, sampai bertukar kesucian. Masih banyak cara lain yang lebih baik untuk menunjukkan kasih sayang kita terhadap keluarga, teman dan kekasih.

0 komentar:

Posting Komentar

Ditunggu komentarnya ya sobat... :D